Kenangan di Atas Genangan Bukit Duri

by - 6:28 PM

It has been 24 days since we left our school because of the flood.
Hujan deras yang mengguyur Jakarta pada minggu malam, 12 Januari 2014, menjadi awal dari musibah banjir yang melanda sekolah kami. Hujan deras yang tidak berhenti hingga Senin pagi menyebabkan air menggenangi sekolah kami, SMAN 8 Bukit Duri Jakarta. Informasi secara resmi disebarkan oleh pihak sekolah bahwa kegiatan belajar mengajar untuk sementara ditiadakan.

Di samping predikat sekolah unggulan dan sekolah favorit yang mencetak murid-murid cerdas, nampaknya SMAN 8 juga identik dengan image "banjir" nya. Ya, sebagian orang memang sudah tidak asing lagi apabila mendengar SMAN 8 diliburkan karena banjir. Miris bukan? Sebagai seorang siswa kelas 11, ini bukan pertama kalinya saya mengalami hal ini. Ini adalah tahun kedua saya. Sebagai seorang murid, saya merasa senang pada awalnya sekolah diliburkan, hehehe. 

Pada hari pertam banjir melanda Bukit Duri, saya langsung mengunjungi Bukit Duri untuk melihat keadaan sekitar. Banjir pada hari itu sudah mencapai 1 meter di lapangan sekolah kami. 




Keesokan hari nya, banjir sudah mulai surut. Dan kalau sudah begini, tugas gotong royong membersihkan sekolah pun dimulai. Dari mulai guru, murid, karyawan, warga sekitar, hingga petugas pemadam kebakaran bergotong royong bantu membantu membersihkan SMAN 8 tercinta :P 







Akhirnya pada tanggal 14 Januari 2014 banjir yang melanda sekolah kami sudah surut. Namun karena sekolah masih dalam tahap pembersihan, maka kami tidak bisa langsung kembali ke sekolah. Jadi kami hari mengungsi dulu. Ya, memang, apabila banjir melanda sekolah kami, kami biasa mengungsi di sebuah gedung Pusdiklat di bilangan Kuningan. Kegiatan belajar mengajar di Pusdiklat dibagi menjadi 2 shift, yaitu shift pagi (06.30-11.45) dan shift siang (12.30-16.50). Akhirnya pada hari Rabu, kami, murid SMAN 8 harus belajar di Kuningan. 

Kegiatan belajar mengajar di Kuningan berlangsung hingga hari Kamis, 16 Januari 2014. Pada hari Jumat, 17 Januari 2014, kami kembali belajar di sekolah kami, SMAN 8 Bukit Duri.

Pada hari itu, seharusnya diadakan kegiatan mengajar di Rumah Sakinah di tongtek. Kegiatan mengajar ini memang biasa diadakan setiap hari Jumat oleh subseksi Kemasyarakatan. Namun, salah satu teman saya memberi kabar kalau pada hari itu kegiatan mengajar ditiadakan dikarenakan akan ada banjir kiriman dari bogor sore nanti.

Keesokan harinya, Sabtu, 18 Januari 2014, saya mendapat kabar bahwa Bukit Duri kembali terendam banjir. Dan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Mendengar berita ini, saya langsung mengunjungi Bukit Duri untuk melihat keadaan. Dan memang, keadaan lebih parah dibandingkan sebelumnya. Banjir yang biasanya tidak mencapai PJKA, kali ini mencapai PJKA.




Banjir mulai surut pada hari Senin, 20 Januari 2014. Pada awal nya kami direncakan akan kembali ke sekolah pada hari Rabu/Kamis. Namun sekolah kami kemabli dilanda banjir dan lagi lagi, keadaannya banjir semakin memburuk. Arus bertambah deras. Para karyawan sekolah yang sebelumnya berjaga di dalam sekolah sudah tidak diperbolehkan untuk berjaga di dalam sekolah oleh pihak kepolisian dengan alasan keselamatan.


Naik turunnya ketinggian air menyebabkan kami belum bisa kembali ke sekolah. Hal ini terus berlangsung seperti ini dalam beberapa hari belakangan. Untuk ke 3 kali nya sekolah melakukan sterilisasi di awal tahun ini. Direncanakan pada hari Senin, 3 Februari 2014 kami bisa kembali ke sekolah. Namun, pada hari Jumat 4 Februari 2014 banjir kembali melanda sekolah kami. Kepala sekolah mulai menyebarkan pesannya kepada para murid dan para orang tua siswa. Pesan tersebut intinya berisikan tentang bagaimana pihak sekolah yang sudah berusaha memulihkan keadaan sekolah setelah banjir, namun banjir terus datang kembali, dan bagaimana pihak sekolah berusaha memulihkan keadaan sekolah lagi, namun banjir datang kembali. Hal tersebut terulang tidak hanya 1 atau 2 kali. Tapi sudah 3 kali di awal tahun ini. Dalam pesan tersebut pihak sekolah juga memohon dukungan dari semua pihak agar wacana "relokasi SMAN 8 Jakarta" dapat direalisasikan oleh pemerintah.

Memang, wacana untuk merelokasi SMAN 8 Jakarta sudah ada dari bertahun-tahun yang lalu, namun nyatanya hingga sekarang hal tersebut belum terealisasikan juga. 

Hingga hari ini, kami, murid SMAN 8 Jakarta, masih melaksanakan kegiatan belajar di gedung Pusdiklat, Kuningan. Dan kabarnya, tadi pagi banjir kembali menggenangi sekolah kami. Entah sampai kapan banjir akan menggenangi sekolh kami, entah sampai kapan kami harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar di gedung Pusdiklat, Kuningan, dan entah sampai kapan hal yang seperti ini harus dialami oleh warga Jakarta. Ya mari kita semua sama-sama berdoa untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Saya berharap agar SMAN 8 bisa segera di relokasi atau setidaknya diberi tindakan lebih lanjut untuk mengatasi masalah yang sudah bertahun-tahun dihadapi oleh SMAN 8 ini. Memang, apabila wacana pereloasian SMAN 8 terealisasikan, saya memang tidak akan merasakan dampaknya. Karena relokasi memakan waktu yang tidak sebentar. Namun, semoga adik-adik yang kelak akan bersekolah di SMAN 8 tidak merasakan apa yang kami rasakan sekarang. Semoga SMAN 8 cukup terkenal dengan prestasinya saja, tidak dengan banjirnya, atau hal yang lainnya.

Sebenarnya saya berharap tulisan saya ini bisa dibaca oleh siapapun yang bisa merealisasikan wacana relokasi SMAN 8. Such a big dream? Too big? Hahaha I know. But at least I've tried:) Semoga suatu saat banjir cukuplah menjadi kenangan yang "telah" dilalui SMAN 8 dan tidak harus terulang untuk tahun-tahun selanjutnya. Amin.

Ya jadi begitulah keadaan kami belakangan ini.

Salam,
Salah Satu Warga SMAN 8, Bukit Duri.




--
mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata dalam tulisan ini:)

You May Also Like

0 comments